Guna mengantisipasi gejolak harga beras di Kalimantan Selatan (Kalsel), Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel), datangkan beras dari Sulawesi Selatan (Sulsel) sebanyak 3.000 ton.
Diketahui, saat ini gejolak harga sudah mulai terjadi di Kalsel, dikarenakan kegagalan panen di sejumlah wilayah Kalsel pada tahun 2022 ini.
Maka tak bisa dipungkiri, ketika suplai mulai berkurang, namun permintaan banyak, otomatis hukum ekonominya, harga akan merangkak naik.
Kepala Perum Bulog Kantor Wilayah Kalsel , M Imron Rosidi mengatakan, langkah ini pihaknya lakukan guna menstabilisasi harga, dikarenakan adanya gejolak harga.
“Paling tidak cukup sampai akhir tahun atau sampai panen tahun depan,” ucapnya. Jumat (30/9/2022).
Dipilihnya beras dari Sulsel, disampaikannya Imron, karena beras Sulsel ini hampir mirip dengan jenis beras yang disukai oleh masyarakat Kalsel.
“Makanya kita datangkan dari sana, karena berasnya hampir mirip dengan jenis yang disukai masyarakat Kalsel, saat ini masih dalam proses kedatangan,” terangnya.
Saat disinggung apakah stok Bulog tidak mencukupi, sehingga melakukan langkah memasukan beras dari Sulsel.
Imron menjawab, dari 5.000 ton stok beras jenis medium dan unggul yang ada di gudang Bulog sebenarnya masih mencukupi hingga akhir tahun.
“Namun kita antisipasi lebih dulu hingga panen tahun depan, diperkirakan panen selanjutnya itu bulan Maret atau April,” jawabnya.
Terkait kondisi beras yang masih ada di gudang saat ini, Imron menegaskan, kondisinya masih layak dan bagus.
Lebih lanjut Imron menjelaskan, pada tahun 2021 kemarin, bulog bisa menyerap 10 ribu ton dari petani di Kalimantan Selatan, baik dari beras medium maupun beras premium.
Sedangkan untuk tahun 2022 ini, Bulog tidak ada menyerap beras dari petani Kalsel, dikarenakan Harga Beli Petani (HBP) diatas ketentuan Bulog, dan stok juga diperkirakan cukup hingga akhir tahun.
“Dari Harga Beli Petani (HBP) kita, Rp 8.300 untuk medium, sedangkan untuk jenis premium sesuai harga pasar,” terangnya.
“Biasanya, kalau harganya masih di bawah kisaran HBP, Bulog masih bisa serap, tapi kalau di atas HBP itu pasar yang nyerap,” lanjutnya.
Imron menjelaskan, Bulog tak bisa melakukan serapan tersebut dikarenakan Bulog sebagai lembaga untuk menstabilisasi harga.
“Sehingga saat kita menggelontorkan lagi beras untuk masyarakat harganya tidak terlalu tinggi, dan untuk menekan harga,” tuturnya.
Beras-beras yang saat ini ada di bulog itu akan salurkan kepada mitra dan pedagang yang langsung mengajukan pembelian kepada Bulog.
“Harganya Rp 8.600 per kilogram, jadi ini beras jenis medium,” bebernya.
Lebih jauh, Imron menyampaikan upaya-upaya yang sudah dilakukan Bulog dari awal tahun yakni menggelar yang namanya operasi pasar atau peluncuran kegiatan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH).
Dari awal tahun sudah digelar, ini yang bisa melakukan pembelian yaitu retail dan pedagang-pedagang di pasar maupun distributor yang melakukan kerjasama dengan Bulog.
“Sampai sekarang sudah kita gelontorkan kurang lebih 4.700 ton, keseluruh wilayah Kalsel,” pungkasnya.
(Banjarmasinpost.co.id/Noorhidayat)