Lama berjibaku dengan jalan buntu penyaluran beras, Perum Bulog (Persero) perlahan melihat titik terang dalam membenahi masalah stok di gudang.
Harapan tersebut muncul kala Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso membeberkan potensi ditunjuknya perusahaan itu sebagai penyalur beras bantuan sosial untuk tiga bulan ke depan. Rencananya, 10 juta keluarga penerima manfaat di seluruh Indonesia bakal menjadi sasaran dalam penugasan ini.
Budi mengemukakan, setiap penerima manfaat akan rutin menerima 15 kilogram beras dalam tiga bulan ke depan. Jika program ini berjalan lancar, maka total stok kelolaan Bulog yang berpotensi tersalur mencapai 450.000 ton.
“Kami mungkin perlu menyiapkan 900.000 ton beras sampai akhir tahun jika penugasan ini berlanjut sampai Desember,” kata Budi dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (23/6/2020).
Potensi penyaluran tersebut terbilang fantastis. Sejak pemerintah mengganti program bantuan sosial beras sejahtera menjadi bantuan pangan non tunai (BPNT), ruang penyaluran stok beras Bulog tercatat kian terbatas dan membuat capaian serapan beras perusahaan itu menurun setiap tahunnya.
Pada 2016 misalnya, Bulog tercatat berhasil menyerap 2,96 juta ton beras. Jumlah ini perlahan susut menjadi 2,16 juta ton pada 2017, 1,44 juta ton pada 2018, dan 1,19 juta ton pada 2019.
Pada saat yang sama, penyaluran beras Bulog melalui beras miskin (Raskin) dan beras sejahtera (Rastra) pun terus berkurang. Jika pada 2016 Bulog bisa mendistribusikan 2,78 juta ton beras, pada 2018 volume beras yang disalurkan hanya 1,20 juta ton dan per November 2019 hanya berjumlah 351.847 ton.
Jika Bulog berhasil menyalurkan beras bantuan sosial pada tahun ini, Budi pun memastikan bahwa pihaknya akan terus mengoptimalisasi serapan.
Pada masa puncak panen, pihaknya menargetkan dapat menyerap 650.000 ton beras atau 60 persen dari total serapan sepanjang tahun. Artinya, potensi serapan Bulog sepanjang 2020 mencapai 1,08 juta ton.
Budi pun memastikan pihaknya siap menjalankan penugasan ini. Dengan stok kelolaan perusahaan yang berjumlah 1,4 juta ton, dia meyakini Bulog akan mampu menyalurkan dengan volume dan kualitas yang sesuai.
Di sisi lain, beras produksi dalam negeri disebut Budi bakal menjadi prioritas untuk penyaluran. Meski potensi penyaluran bisa membuat stok Bulog menipis dan menyentuh batas stok yang diamanatkan pemerintah, Budi mengatakan pihaknya bakal tetap maksimal dalam penyerapan beras pada masa panen gadu yang jatuh pada periode September–November.
“Berdasarkan hitungan kami dengan Kementerian Pertanian, BPS dan asumsi dari Bank Indonesia, kemungkinan produksi tahun ini akan cukup dan tidak perlu impor meski ada penyaluran bansos sampai Desember,” lanjutnya.
Sebelum penugasan bansos beras bagi 10 juta KPM, Perum Bulog telah menyelesaikan penugasan dari pemerintah berupa penyaluran bansos Presiden tahap I dan II kepada 3,25 juta warga yang terkena dampak wabah Covid-19 di wilayah Jabodetabek. Dengan volume beras bagi setiap keluarga sebanyak 25 kg, maka total volume yang disalurkan Bulog mencapai 81.250 ton.
Kala ditanyai mengenai kapan penugasan ini akan dimulai, sosok yang akrab disapa Buwas itu mengaku tengah menunggu arahan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Meski demikian, dia mengharapkan penugasan ini dapat segera dieksekusi dalam waktu dekat.
Menteri Sosial Juliari Batubara, saat dihubungi mengatakan, penugasan penyaluran beras bansos kepada Bulog tengah dalam pembahasan intensif dengan kementerian terkait, termasuk dengan Kementerian Keuangan.
Dia pun memperkirakan skema penyaluran bagi 10 juta KPM ini berada di luar program Kartu Sembako dan Program Keluarga Harapan (PKH) yang masing-masing menyasar 20 juta KPM dan 10 juta KPM selama pandemi Covid-19.
“Pembahasan intensif sedang berjalan. Akan kami umumkan segera,” kata Juliari dalam pesan tertulis.
Sumber : https://bisnis.com/amp/read/20200624/12/1257068/bansos-dan-angin-segar-bagi-bulog