Pemerintah akan memberikan penugasan kepada Perum Bulog untuk menjual minyak goreng di tahun depan. Namun penugasan tersebut masih dalam tahap pembahasan secara teknis.
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog Mokhamad Suyamto mengatakan, nantinya Bulog akan bertugas membeli minyak goreng dari produsen sesuai dengan harga pasar. Kemudian minyak goreng tersebut akan dijual kepada agen atau pengecer dengan harga yang ditentukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag).
“Angkanya sekitar 2,4 juta ton, ini curah dan ini ada subsidi. Jadi Bulog beli ke produsen dengan harga pasar, dijual ke pengecer dan selisih harga akan disubsidi pemerintah,” kata Yamto saat ditemui usai konferensi pers Bulog, Selasa (28/12).
Namun dana subsidi nantinya bukan menggunakan anggaran dari Bulog, melainkan berasal dari dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Soal besaran anggaran subsidi yang disiapkan, Yamto belum mengetahui secara detail.
Distribusi akan dilakukan lewat jaringan yang dimiliki Bulog hingga level kabupaten. Namun, Yamto menegaskan, rencana tersebut masih dalam proses pembahasan dengan lementerian dan lembaga terkait. Dus, Bulog belum dapat memberikan banyak detail informasi terkait rencana program tersebut.
“Ini baru pembahasan, ini baru pembicaraan teknis. Jadi bukan termasuk program 11 juta itu ya. Kita tunggu saja nanti dari pemerintah,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, terkait rencana penugasan tersebut Bulog tengah melakukan pendekatan dengan beberapa produsen minyak goreng. Upaya tersebut sebagai langkah menyikapi tingginya harga minyak goreng di pasaran.
“Pak Yamto dan lainnya menghubungi [produsen] termasuk saya juga menghubungi produsen,” imbuhnya.
Lantaran komoditi tersebut bukanlah tugas pokok Bulog, maka Buwas sapaan akrab Budi Waswso mengatakan, diperlukan koordinasi dengan kementerian terkait dalam hal ini Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
Namun langkah mendapatkan pasokan minyak goreng dengan harga beli murah diakui tak mudah. Terlebih kebanyakan produsen saat ini telah membanderol produknya dengan harga yang cukup tinggi sesuai dengan kondisi pasar.
“Sampai hari ini belum ada keputusan karena produsen-produsen yang kita dekati yang kemarin kita beli, mereka sudah tidak ada lagi stok karena barang sudah abis untuk ekspor. Jadi kalaupun mereka memproduksi hari ini dia akan harganya sesuai dengan harga sekarang,” ungkap Buwas.
Harga tersebut tentu tak sejalan dengan komitmen Bulog dalam rangka stabilisasi harga untuk operasi pasar. Selama ini untuk komoditi minyak goreng Bulog telah menjalin kemitraan jauh-jauh hari dengan beberapa produsen dengan kesepakatan harga yang cenderung murah.
Sumber : Kontan