bulog dan petani

Hari Pangan Sedunia, Pertanian Untuk Siapa ??

Tanggal 16 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia dan tahun ini Hari Pangan Sedunia mengambil tema “Iklim Berubah, Pangan dan Pertanian juga Harus Berubah”. Tema tersebut diambil dari fakta perubahan iklim global saat ini, perubahan iklim ekstrim sudah terjadi yang berdampak langsung pada pertanian.

Selain pertanian perubahan iklim menjadi faktor terjadinya bencana (banjir, longsor dan kekeringan dsb), secara tidak langsung bencana sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan pangan dikarenakan sebagian besar penduduk yang dilanda bencana adalah petani dan lahan yang terdampak bencana adalah lahan pertanian.

Secara umum kiranya tepat ketika Petani selalu menjadi pihak yang dirugikan dari perubahan iklim ini, selain perubahan iklim saat ini petani menghadapi permasalahan mulai dari benih yang berkualitas rendah, pupuk palsu, saluran irigasi yang rusak, pola tanam yang tidak serentak yang mengakibatkan susahnya pengendalian hama dan penyakit serta susahnya pengendalian harga, disamping semua itu penderitaan petani belumlah berakhir, pelengkap penderitaan petani adalah ketika panen harga gabah di tingkat petani yang rendah bahkan di bawah biaya produksi.

Dalam menghadapi situasi seperti ini sistem pertanian harus melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim sekaligus harus memberikan solusi untuk tidak mebuat kondisi iklim menjadi lebih buruk, artinya petani harus lebih meningkatkan produksi dengan tidak banyak membutuhkan air serta petani harus bisa memanfatkan limbah pertanian menjadi hal-hal yang lebih bermanfaat.

Kondisi petani saat ini beralih menanam varietas, yang semula petani menanam varietas cere seperti ciherang, mekongga dll sekarang beralih menanam padi varietas ketan. Hal ini dilakukan oleh petani dikarenakan harga varietas ketan beberapa bulan yang lalu dari segi harga sangat tinggi. Selain itu petani memilih varietas ketan dikarenakan produktifitas ketan lebih tinggi. namun hal ini perlu adanya penyikapan dari petani dan penentu kebijakan dalam hal ini pemerintah, sesuai dengan hukum suplay dan demand dimana ketika suatu komoditi melimpah maka kecenderungan harga akan menurun.

Sementara varietas ketan sebagian besar masuk ke industry dimana permintaan akan varietas ini cenderung tetap, berbeda dengan padi-padi varietas cere yang bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Ketika petani dan pemerintah tidak menyikapi hal ini maka ini akan menjadi boomerang tersendiri untuk petani. Kenyataannya petani saat ini sangat merugi dan terpukul dengan harga varietas ketan yang sangat jauh lebih rendah dari yang diharapkan petani.

Sementara itu pemerintah melalui BULOG dengan program Sergap akan membeli gabah petani namun harga yang ditetapkan sangat jauh dari yang diharapkan oleh petani. Selain itu BULOG daya serapnya yang terbatas serta personil di lapangan yang sangat terbatas juga, sehingga program Sergap (Serap Gabah Petani) nyaris tidak dirasakan oleh petani.

Sebenarnya ada cara untuk menjaga harga Gabah di tingkat petani agar tetap tinggi yaitu dengan adanya pengamanan harga. Pengamanan harga tersebut perlu ada kerjasama antar pihak baik dari pemerintah, BULOG, perbankan dan stakeholder lainnya. Bersama-sama memikirkan cara terbaik untuk menyelamatkan harga gabah petani.

Saat ini ada Resi Gudang yang ditunjuk oleh BAPEPTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi). Pengoptimalan resi gudang saat ini merupakan hal paling tepat dan paling mendesak untuk dilakukan. Untuk mengoptimalkan resi gudang yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah mensosialisasikan manfaat dari resi gudang tersebut kepada petani, supaya petani bisa menyimpan gabahnya dan mendapatkan pinjaman dari bank dengan menjaminkan gabah tersebut.

Dengan melihat kondisi diatas dimana petani selalu menjadi pihak yang dirugikan dan program-program yang dilakukan pemerintah pun dampak terhadap petani secara umum tidak terasa, ini menjadi pertanyaan besar untuk kita semua sebenarnya pertanian yang dilakukan oleh petani dan juga dibantu oleh pemerintah dengan program-programnya itu untuk siapa? Apa yang salah dengan petani kita dan apa yang salah dengan pemerintah kita.

Penulis : Ferdi Fathurohman
Dosen Agroindustri, Politeknik Neg Subang
SekJend HKTI Kab. Subang
SekJend Himpunan Alumni IPB Kab. Subang

Sumber berita : Kota Subang