petani-indonesia

Masihkah BULOG Menjadi “Sahabat” Petani?

Pada 10 Mei 2022, BULOG genap berusia 55 tahun. Sebuah perjalanan panjang bagi sebuah lembaga parastatal yang ingin memberi pelayanan terbaik bagi bangsa dan negara.

BULOG betul-betul mampu memerankan diri sebagai “sahabat” petani. Justru yang menarik untuk dipertanyakan adalah masihkah sekarang BULOG menjadi sahabat petani ?

Menurut Santrock (2002), persahabatan adalah suatu bentuk hubungan yang dekat yang akan melibatkan suatu kesenangan, percaya, penerimaan, respek, saling membantu, menceritakan sebuah rahasia, pengertian, dan juga spontanitas.

Persahabatan adalah wujud keikhlasan atau kerelaan untuk berbagi pikir dan bersambung rasa atas sebuah kepentingan.

Beberapa waktu lalu, kita pernah membaca sebuah tag line yang bunyi nya “BULOG Sahabat Petani”.

Yang penting kita catat adalah mengapa BULOG menjadi sahabat petani ? Apa yang membuat Pemerintah kala itu melahirkan lembaga pangan, yang ingin melakukan pembelaan dan perlindungan terhadap para petani padi ?

Sejarah mencatat, kelahiran BULOG (Badan Urusan Logistik), memang dirancang untuk membantu beragam masalah yang dihadapi para petani.

Sebagai Lembaga Pemerintan Non Departemen/Kementerian (LPND/LPNK), BULOG memiliki tugas dan fungsi untuk menyelenggaran pengadaan dan penyaluran bahan pangan, khusus nya gabah/beras.

Sebagai alat negara, BULOG tidak perlu berpikir untung rugi, namun yang lebih diutamakan adalah menolong para petani dan keluarga nya.

Tanggungjawab dan kehormatan dalam membela petani lebih diprioritaskan BULOG dari pada menjalankan peran bisnis nya. Inilah yang membedakan BULOG dengan Perum BULOG masa kini.

Baca juga : BULOG dalam Tiga Transisi Kebijakan

Sebagai Badan Usaha Milik Negara sekelas Perusahaan Umum, BULOG memang dititipi ananah untuk menjalankan peran sosial dan bisnis secara bersamaan.

Di satu sisi Perum BULOG diminta untuk melakukan fungsi sosial namun dalam waktu yang sama Perum BULOG dituntut untuk mendapatkan keuntungan. Sebab, yang nama nya BUMN memang tidak boleh merugi.

Catatan kritis nya adalah mengapa BULOG harus berganti warna : dari LPND/K menjadi BUMN ?

Apakah hal ini merupakan keinginan kita selaku bangsa yang merdeka dan berdaulat ataukah karena tekanan pihak lain yang siapa tahu dibalik semua nya ini memiliki agenda terselubung di dalam nya ? Yang pasti, paska reformasi 1997/1998, segala kemungkinan bisa terjadi.

Perjalanan Perum BULOG semasa reformasi, rupanya tidak segampang yang diharapkan. Sebagai BUMN, Perum BULOG banyak menghadapi tantangan dan hambatan.

Tuntutan bisnis yang dibebankan kepada Perum BULOG, lebih banyak yang gagal ketimbang sukses. Maklum yang bekerja di Perum BULOG adalah para birokrat yang kemudian dipaksa untuk menjadi pengusaha plat merah.

Akibat nya wajar jika di awal perjalanan nya sebagai BUMN, Perum BULOG banyak mengalami kegagalan. Hampir tidak ada usaha bisnis yang memberi untung.

Bahkan bisnis sapi nya menyeret beberapa petinggi Perum BULOG harus berhadapan dengan Aparat Penegak Hukum yang berujung harus menjadi penghuni Hotel Pordeo.

Banyak gagal di fungsi bisnis, lain cerita di fungsi sosial nya. Program Beras untuk Rakyat Miskin, boleh kita catat sebagai prestasi Perum BULOG yang patut diberi acungan jempol.

Bayangkan, betapa hebat nya pasukan Perum BULOG mampu mendistribusikan beras Raskin hingga ke pelosok-pelosok daerah hingga ke daerah perbatasan.

Sekitar 2,5 juta ton beras Raskin harus digarap Perum BULOG. Selain itu, kita juga tahu, sebagian besar dari para penerima manfaat program Raskin adalah para petani, khusus nya petani gurem dan buruh tani.

Di mata mereka Program Raskin benar-benar menjadi dewa penolong kehidupan. Berkat Program Raskin mereka tidak terlalu kesulitan dalam melakoni kehidupan nya.

Persahabatan petani dengan BULOG terekam semakin akrab setelah Program Raskin di gelar Pemerintah. Para penerima manfaat Program Raskin setia menanti pengiriman di tempat-tempat yang telah ditentukan.

Di lain pihak, Perum BULOG sendiri tampak semakin profesional dalam mengelola program ini, sekali pun di sisi tertentu masih banyak yang harus diperbaiki.

Namun begitu, seiring dengan perbedaan “mind set” terhadap Program Raskin dari para pengambil kebijakan, maka istilah Raskin pun berganti nama menjadi Rastra.

Beras untuk Rakyat Miskin pun diganti dengan Beras untuk Kesejahteraan. Salah satu pertimbangan nya, istilah miskin bukanlah hal yang pantas untuk diobral dalam kehidupan sehari-hari.

Sejalan dengan perkembangan waktu, Program Rastra pun “dihapuskan” dan diganti dengan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Dalam perjalanan nya Program BPNT lebih dibebankan kepada Daerah untuk mengelola nya. Perum BULOG sudah tidak dominan lagi dalam keikut-sertaan nya di Program BPNT.

Yang terasakan selanjut nya, persahabatan Perum BULOG dengan para petani, kini semakin berkurang kekentalan nya. Langkah Perum BULOG untuk merangkul petani semakin jarang terjadi.

Kita sendiri tidak tahu persis, mengapa hal seperti ini dapat terjadi. Persahabatan BULOG dengan petani tetap harus dijaga dan dipelihara, bahkan mesti dilestarikan.

Kini, pokok masalah nya sudah sedikit tergambarkan dengan jelas. Perkembangan persahabatan Perum BULOG dengan petani, sudah tidak sehangat di masa lampau.

Masing-masing pihak tampak sibuk dengan urusan dan kegiatannya. Harapan ke depan, semoga ada cara untuk mengeratkan persahabatan mereka.

Sumber : https://datacore.id/2022/05/12/masihkah-BULOG-menjadi-sahabat-petani/