Pimpinan Cabang (Pimcab) Perum Bulog Subdivre Parepare, Arsul Tallamma angkat bicara terkait pemberitaan yang menduga pihaknya melakukan praktik mafia.
Tudingan itu dilontarkan lantaran kurangnya mobilitas nasional (Mobnas) beras pada Perum Bulog Pinrang, sementara berbanding terbalik dengan Perum Bulog Lapadde Parepare yang mobnasnya lebih diprioritaskan.
Menanggapi pernyataan itu, Arsul Tallamma mengungkapkan, alasan pusat memprioritaskan mobilitas beras Bulog Parepare lantaran masih banyaknya stok beras periode tahun 2020 yang tersimpan di gudang Bulog Parepare.
“Pertimbangan pusat memprioritaskan mobnas di gudang lapadde karena stok sisa tahun 2020 masih ada 19 ribu ton pada bulan lalu. Sekarang sisa 15 ribu ton. Ini untuk menghindari kerugian dan biaya perawatan serta kerusakan beras,” ujar Arsul Tallamma kepada sejumlah awak media.
Ia juga menuturkan, dibandingkan dengan Bulog Pinrang, stok beras sisa tahun 2020 hanya 1000 ton. “Parepare masih ada 15 ribu ton, jadi wajar jika pusat memprioritaskan mobilitasnya. Jika tidak, akan merugi karena beras lama berpotensi rusak,” jelas Arsul, Selasa, (19/10/2021).
Ia juga telah melakukan pemantauan harga gabah habis panen di Kabupaten Pinrang yang disebut-sebut anjlok.
“Harga gabah saat ini di Pinrang 4.500 – 4.600/Kg masih di atas harga HPP dan Bulog sudah berusaha antisipasi harga turun dengan mempercepat pemuatan Movnas agar space gudang ada,” urai Arsul.
Selain itu kata Arsul, saat ini untuk mobilitas beras di daerah juga terbilang sulit karena terkendala dalam penyaluran. “Kita tidak ada penyaluran rutin seperti kemarin-kemarin ada bansos, permintaan kurang,” detailnya.
“Di Pinrang juga ada movnas untuk antisipasi paska panen hanya terkendala lagi angkutan DNA direncanakan besok ada lagi kontiner. Untuk angkutan movnas keluar sehingga space gudang tersedia untuk pengadaan beras masuk,” jelas Arsul.
Sumber : Artikel asli