Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi kembali angkat suara terkait rencana impor 1 juta ton beras. Ia memastikan selama panen raya tidak akan dilakukan impor saat Indonesia masih dalam masa panen raya.
“Saya jamin tidak ada impor ketika panen raya dan hari ini tidak ada beras impor yang menghancurkan harga petani, karena memang belum ada yang impor,” ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).
Namun, Lutfi tak bisa menjamin apakah setelah habis masa panen raya, Indonesia tetap menahan impor beras atau tidak. Untuk diketahui, panen raya beras tahun ini terjadi pada bulan Maret-April. Stok beras di Perum Bulog bergantung pada masa panen raya itu.
Namun, selama masa panen raya itu, menurut Lutfi banyak gabah yang basah terkena hujan, sehingga Perum Bulog belum tentu bisa memenuhi target stok beras seperti yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Perum Bulog sendiri diwajibkan memenuhi minimal stok 1 juta-1,5 juta ton beras setiap tahunnya baik berasal dari stok dalam negeri maupun luar negeri. Akan tetapi, sampai saat ini, menurut Lutfi, Bulog baru bisa menyerap 85 ribu gabah petani.
“Nah kalau memang ternyata penyerapan Bulog bagus kita tidak perlu impor, ada tahun-tahunnya yang kita tidak perlu impor,” ucapnya.
“Tetapi yang saya lihat di lapangan hari ini, bulan Maret ini sudah hampir habis, Bulog baru bisa menyerap 85 ribu gabah petani panen,” tambahnya.
Meskipun ditambah dengan sisa stok beras tahun lalu dan sisa beras impor yang turun mutu, stok beras di Bulog tak mencapai 500.000. Jumlah segitu, sambung Lutfi adalah yang terendah dalam sejarah.
Lutfi pun menegaskan bahwa, total stok beras yang dimiliki Perum Bulog saat ini adalah yang terendah dalam sejarah Bulog sendiri.
“Ini adalah stocking salah satu yang paling rendah dalam sejarah Bulog. Jadi Anda bisa tahu bagaimana rasa hati saya ngilunya, kalau misalnya pengadaan Bulog di dalam masa panen ini berjalan dengan baik, saya tidak ada masalah kita tidak impor selama bulog mempunyai iron stock 1 juta,” tegasnya.
Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5499994/ri-jadi-impor-beras-atau-nggak-pak-mendag