Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengakui, kondisi beras di gudangnya memang cenderung cepat alami penurunan mutu. Hal itu, kata Buwas, karena kondisi gudang milik Bulog.
“Gudang Bulog untuk menyimpan beras ini bukan gudang spesial untuk menyimpan beras. Karena harusnya ada ketentuannya, menyimpan jagung, kedelai, beras, dan lainnya. Sedangkan gudang yang ada saat ini, seluruh Indonesia, secara umum itu gudang biasa sebenarnya. Jadi, kalau kita menyimpan dengan model seperti ini, kecenderungan cepat rusak itu, ya,” kata Buwas saat RDP Komisi IV DPR dengan Eselon-I Kementerian Pertanian (Kementan), Senin (27/6/2022).
Di sisi lain, Buwas menambahkan, Bulog tak lagi memiliki pipa penyaluran di hilir. Dimana, sejak tahun 2018, Bulog ditugasi menjaga stok atau cadangan beras pemerintah (CBPD) sekitar 1-1,5 juta ton.
Akibatnya, kata dia, memicu ancaman kerusakan beras. Di sisi lain, Bulog masih harus menanggung beban bunga bank untuk pengadaan CBP.
“Kalau dulu mungkin tidak ada masalah karena beras diserap bisa segera langsung disalurkan karena ada program rastra, setahun itu bisa disalurkan 2,6 juta ton. Yang hari ini sama sekali nggak ada. Ini jadi kerawanan tersendiri kalau Bulog simpan beras terlalu banyak. Karena ini beras pemerintah sementara nggak ada jaminan penyaluran di hilir,” kata Buwas.
Karena itu, dia menambahkan, telah mengusulkan kepada Menteri Keuangan terkait mekanisme pembiayaan pengadaan CBP.
“Agar tidak terulang uang sudah-sudah. Bahwa beras disimpan Bulog ini, rusak, turun mutu, akan berpengaruh juga ke konsumen,” kata Buwas.
“Ancaman kerusakan atau turun mutu itu sangat mungkin. Kalau beras disimpan lebih dari 1 tahun, potensinya turun sangat besar. Ini jadi cost besar kalau kita harus merawat beras ini,” ujarnya.
Buwas memaparkan, per 24 Juni 2022, Bulog memiliki 1,097 juta ton total stok beras. Dimana, 1,092 juta ton diantaranya stok CBP dan 4.909 ton lainnya berupa stok komersial.
Sumber : cnbcindonesia.com