Brand “KITA”, Jembatan Penghubung BULOG dan Masyarakat

Pasar sembako Indonesia lagi naik trendnya. Bulan puasa jadi satu faktor pengungkit utama. Kenaikan harga selalu terjadi pada komoditas pangan primer masyarakat Indonesia yakni sembako.

Sebetulnya lumrah kalau kenaikan harga pokok ini diikuti oleh kenaikan sejumlah variabel yang ada pada sembako tersebut.

Tapi, ini Puasa kaleeee. Jadi, jangan harap ada rasionalisasi alasan mengapa harga-harga itu naik, kecuali ya alasan itu tadi; Mau Puasa pak/bu..jadi semuanya naik.

Problem kenaikan harga pangan menjelang Puasa dan ketidaktentuan pasar, setidaknya memberikan ruang bagi Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog atau Bulog) untuk menjajal kemampuannya berkompetisi dengan produk sembako yang ada saat ini melalui Brand “KITA”. 

Membuat strategi intervensi harga sembako di pasar melalui brand KITA ini menarik. Setidaknya, Keberadaan Bulog yang ada diseluruh pelosok negeri dapat dirasakan keberadaannya melalui brand KITA.

Lebih jauh kedepan, Bulog tentunya sudah berhitung secara realistis dan sesuai dengan kemampuannya, sejauhmana  mereka dapat berkompetisi di segmen komersial.

Jika ini dilakukan secara benar, maka hadirnya brand KITAakan memberi banyak manfaat yang dapat dirasakan masyarakat, terutamanya masyarakat menengah ke bawah, baik itu tidak langsung maupun secara langsung.

Harga Sembako nasional terkontrol

Bulog sebagai otoritas BUMN akan menjadi kuat. Kekuatan ini harus mampu untuk menegaskan hadirnya negara dalam seluruh aspek kehidupan bernegara dan bermasyarakat di Indonesia.

Problem harga yang tidak merata di wilayah Indonesia, terutama di wilayah Indonesia Timur dapat sesegera mungkin teratasi.

Kunci yang harus diperhatikan oleh Bulog dalam hal ini adalah melakukan identifikasi seluruh sektor pendukung agar cadangan sembako yang dikelola Bulog dalam kondisi aman.

Jika data logistik sembako masih simpang siur, maka dengan hadirnya brand KITA diharapkan bulog mampu memanfaatkan data hasil penjualan produk ini sebagai estimasi dan target untuk melakukan penetrasi pasar.

Kebijakan Tol Laut bisa menjadi kunci untuk menjadi jalur distribusi yang aman dari problem pasar.

Sebagai lesson learned, kebijakan satu harga BBM secara nasional bisa dijadikan evaluasi dalam menyusun kebijakan-kebijakan strategis dan/atau taktis untuk menjadikan brandKITA siap dan hadir secara adil dan proporsional di seluruh wilayah Indonesia.

Pasokan Sembako terjamin

Keberadaan Bulog yang secara struktur ada di masing-masing Kabupaten/Kota Indonesia dapat dijadikan ujung tombak dalam mendistribusikan brand KITA ke masyarakat.

Jika selama ini Bulog hanya tempat untuk menyimpan kebutuhan pangan, maka tidak ada salahnya Bulog membuat semacam kios-kios yang dapat menjual kebutuhan sembako dengan brand KITA langsung ke masyarakat.

Kios-kios ini agar tidak mematikan usaha retail masyarakat, harus konsisten untuk menjual hanya produk bulog dengan brand KITA, baik itu secara eceran ataupun grosiran.

Untuk grosir pun harus ada batasan dan kejelasan, siapa yang membeli dalam volume besar. Bulog harus mempunyai database untuk mereka yang membeli brand KITA dalam volume besar; apakah mereka pedagang retail/eceran atau para penimbun-penimbun lokal.

Dengan adanya tempat resmi untuk membeli produk Brand KITA yang terafiliasi dengan kantor Bulog, akan menenangkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sembakonya.

Masyarakat tidak perlu risau saat mendengar isu naiknya harga sembako. Brand KITA yang mudah didapat, murah harganya, dan terjamin kualitasnya (sehat) akan menjadi obat penenang ampuh bagi masyarakat untuk tetap membeli kebutuhan sembakonya tidak berlebih, tetap sesuai dengan daya konsumsi rumah tangganya.

Kartel Sembako memikirkan strategi baru

Secara futuristik, konsistensi atas langkah Bulog bermain di komersial ini akan merubah strategi kartel mafia sembako.

Mereka akan berpikir lebih jauh bagaimana upaya mereka menguasai pasar komoditas sembako di satu wilayah.

Minimal, mereka harus membeli sebagian besar volume sembako yang muncul dengan brand KITA diwilayahnya.

Pelaku kartel sembako pun harus mulai was-was, terutama bagi mereka yang kerap meraup keuntungan dari impor kebutuhan sembako di Indonesia.

Keseriusan Bulog untuk menggarap pasar komersial ini nampak dari statemen Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti di laman Kompas.

Industri Sektor Pangan semakin cerah

Demand yang tinggi atas brand KITA tentu akan menjadi goals dari Bulog kedepan. Hal ini tentunya harus disertai dengan kemampuan pemerintah untuk melakukan perencanaan yang matang dalam menyusun road map pengembangan industri pangan nasional.

Perencanaan ini harusnya dapat memberikan gambaran secara jelas, kapan kebijakan-kebijakan pendukung dari kemunculan brand KITA akan mulai di-endors dan dilaksanakan.

Analisis regulasi terkait dengan ketahanan pangan harus mampu menjadi pengungkit bagi munculnya para local farmers yang berafiliasi dengan Bulog.

Bulogpun harus membuat kebijakannya tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan cadangan pangan nasional harus cukup.

Bulog harus mampu mentransformasi dirinya menjadi BUMN holding yang dibawahnya berpihak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.

Bulog harus mampu memikirkan, misalnya,  bagaimana strategi untuk mengoptimalkan produksi hasil pertanian yang menjad bahan baku dasar bagi keberadaan brand KITA di pasar.

Dengan pengalaman memimpin territorial yang mumpuni dari komandan Bulog saat ini, hal ini akan menjadi sangat mungkin.

Saya sih bermimpi, konsistensi brand KITA ini nanti dapat menyejahterakan para petani dan peternak di penjuru nusantara. Status petani/peternak dapat menjadi lebih ngetren ketimbang jadi PNS atau Pegawai Kantoran.

Lapangan Pekerjaan yang terbuka dan lebih variatif

Munculnya brand KITA yang disertai dengan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk menumbuhkan usaha ekonomi produktif masyarakat, memunculkan kesempatan untuk membangun industri pasca panen dari hasil peternakan, pertanian dan perkebunan tentu akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.

Kebijakan ini sejalan dengan program prioritas pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Kebijakan di hulu pada sektor pertanian harus menjadi prioritas, ketimbang memikirkan menjadi sub kon penjual brand KITA.

Disisi penjualan, ada baiknya Bulog mulai pula memikirkan untuk membuat sebuah aplikasi yang mampu melayani pembelian brand KITA secara eksklusif.

Bentuk jasa yang ditawarkan aplikasi ini harus mampu pula terotomatisasi dengan berapa banyak stock yang akan dijual secara online/offline brand KITA di wilayah-wilayah tertentu.

Kemunculan aplikasi ini sedikit banyak akan menjadi ajang baru bagi para millenials untuk berkarir.

Data penjualan brand KITA sebagai backbone monitoring evaluasi

Terkadang, ide-ide cerdas dan kebijakan dari pemerintah itu musiman. Musim lagi digandrungi, orang beramai-ramai mendukung. Begitu nanti berganti kepemimpinan, maka akan berganti kebijakan.

Kebijakan lama diabaikan begitu saja. Hal ini bisa diatasi bila dari awal sudah diniatkan bahwa kemunculan brand KITA harus berkelanjutan (sustainable).

Komitmen para pemegang kebijakan terkait (policy makers), pelaku pasar dan stakeholder di daerah harus dijaga.

Salah satu upaya menjadikan hal ini tetap sustainable, adalah dengan menyiapkan perencanaan yang detail berbasis waktu; sampai kapan brand KITA akan berjalan dan dilakukan evaluasi.

Data penjualan brand KITA salah satu harta karun yang dapat diolah untuk menjadi bahan evaluasi monitoring dan evaluasi ke depannya.

Data ini harus mampu berbunyi dan menyampaikan informasi secara mendetail terkait dampak dan aktifitas ekonomi yang ditimbulkan oleh kemunculan brand KITA secara nasional.

Dan ini harus dirancang sejak awal, jangan dijadikan komplementer layaknya proyek-proyek development yang sering diinisiasi pemerintah.

Dari apa yang telah dipaparkan diatas, maka kemampuan untuk mendukung strategi pasar melalui optimalisasi sisi outreach dari pelaksanaan brand KITA , harus teridentifikasi dan terimplementasi dengan baik.

Capaian-capaian yang dilakukan Bulog harus dipublikasikan pula secara teratur melalui kesempatan-kesempatan yang hadir dalam setiap rangkaian aktifitas Bulog.

Optimisme saya terhadap kemunculan brand KITA sangat tinggi, dan saya rasa masyarakat pun akan mempunyai pendapat yang sama.

Keberadaaan Bulog yang selama ini mungkin tidak begitu familiar dan dianggap berjarak dengan masyarakat, diharapkan setelah program ini berjalan akan lebih cair dan menjadikan Bulog lebih dekat pemerintah.

Semoga Pemerintah, dalam hal ini Bulog konsisten untuk melaksanakannya. Semangat!!! (.)

Artikel by Agustanto Imam Suprayoghie via Kompasiana.com