petani gurem

Kekeringan Tak Berpengaruh Serius pada Produksi Pangan

Kekeringan yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia pengaruhnya tidak terlalu signifikan terhadap produksi pangan.

Pasalnya luas lahan yang puso (rusak parah) hanya sekitar 2 ribu hektar (ha), sangat kecil dibandingkan luas pertanaman padi yang mencapai 15 juta ha.

“Keringan tidak terlalu signifikan, biasa hanya kaget saja karena kemarau. Tapi secara nasional kecil karena luas tanam padi kita mencapai 15 juta ha,” kata Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman usai pelantikan pejabat eselon 1 dan 2 di gedung Kementerian Pertanian Jakarta, Senin (29/7).

Dalam mengahadapi musim kemarau dan ancaman kekeringan menurut Amran, pemerintah sebenarnya sudah sejak lama mengantisipasi, bahkan sejak 3 tahun lalu.

Misalnya dengan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi, bantuan poma air, handtraktor dan alat mesin pertanian lainnya.

“Kami juga telah membuat sistem mitigasi dan adaptasi kekeringan. Hingga kini saya melihat kekeringan yang menimpa lahan pertanian masih dalam batas aman terhadap produksi pangan,” tuturnya.

Baca juga : Jelang Musim Kemarau, Kementan Harap Cadangan Beras BULOG Maksimal

Sementara itu Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi menambahkan, luas lahan padi yang puso akibat kekeringan hanya sekitar 2 ribu ha.

Kekeringan umumnya terjadi di hampir seluruh wilayah Jawa.

Hitunganya, jika produktiivtas sebesar 6 ton/ha, maka berkurangnya produksi hanya 12 ribu ton. Jumlah itu masih sangat kecil dibandingkan stok beras pemerintah yang minimal mencapai 500 ribu ton.

“Kemarau memang mempengaruhi panen namun tidak terlalu signifikan untuk stok karena cadangan beras pemerintah cukup banyak. Yang puso kurang lebih 2 ribu ha,” tuturnya.

Di beberapa wilayah lainnya, meski kemarau masih tetap ada yang panen.

Bahkan serapan gabah (Sergap) pada Juni lalu masih mencapai 15 ribu ton/hari dan Juli sebesar 10 ribu ton/hari.

“Inshaa Allah pasokan beras kita aman, karena serapan gabah/beras Bulog masih terus berjalan,” katanya.

Baca juga : Kepala BKP Kementan Safari Serap Gabah ke Cirebon-Indramayu

Hingga Juli, volume pengadaan Perum Bulog sudah sebanyak 866.124 ton.

Pada Agustus, target Sergap secara kumulatif mencapai 1,2 juta ton, September menjadi 1,4 juta ton, Oktober 1,6 juta ton, Nopember 1,7 juta ton dan Desember mencapai 1,8 juta ton.

Agung berharap, target pengadaan Bulog tersebut bisa tercapai. Sebab, pemerintah kini makin mempermudah Bulog untuk membeli gabah/beras petani.

Selain, kebijakan fleksibilitas harga dalam pengadaan PSO (public service obligation), pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan baru dalam pengelolaan cadangan beras pemerintah (CBP).

Kebijakan tersebut berupa Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 38/2018 dan Peraturan Menteri Perdagangan dan Peraturan Menteri Keuangan.

Dalam kebijakan itu, Bulog bisa membeli gabah/beras secara komersial dengan harga pasar.

“Nantinya pemerintah akan membayarkan selisih harga dengan harga pembelian pemerintah  (HPP),” tuturnya.

Agung memperkirakan, stok beras sampai akhir tahun dari 2.4 juta ton ditambah 900 ton menjadi 3.3 juta ton. Kemudian keluar 500 ribu ton. Jadi akhir tahun masih ada sekitar 2.5 juta ton.

Sebarluaskan Informasi Iklim

Sementara itu Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Sarwo Edhy menuturkan, Kementerian Pertanian sudah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi musim kemarau.

Diantaranya, menyebarluaskan informasi prakiraan iklim musim kemarau dan peningkatan kewaspadaan terhadap kekeringan kepada seluruh Gubernur dan Dinas Provinsi terkait.

Baca juga : Industri Beras Butuh Rangsangan Pemerintah

BMKG memang memprediksikan bahwa musim kemarau tahun ini akan lebih kering, dan terasa panas terik dari pada tahun sebelumnya.

Adapun daerah dengan potensi kekeringan kategori Awas antara lain; Jawa Barat, Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Guna menjaga ketersediaan sumber air,  Ditjen PSP juga berencana akan membangun long storage di beberapa lokasi.

Untuk diketahui, Long Storage adalah bangunan penahan air yang berfungsi menyimpan air di dalam sungai, kanal dan atau parit pada lahan yang relatif datar dengan cara menahan aliran untuk menaikkan permukaan air sehingga cadangan air irigasi meningkat.

Ditjen PSP menganggarkan bantuan pemerintah untuk kegiatan pengembangan embung pertanian, termasuk long storage sebesar Rp 120 juta/unit untuk kegiatan fisik seperti pembelian bahan konstruksi dan biaya tenaga kerja.

Baca juga : Kolam Susu dan Surga Pangan Bernama Indonesia

Adapun syarat untuk bangunan long storage diantaranya, memiliki volume tampungan minimal 500 meter kubik.

Luas lahan usaha tani pun diupayakan minimal 25 ha untuk tanaman pangan, 5 ha untuk hortikultura, 5 ha untuk perkebunan dan 5 ha untuk peternakan.

Sumber : https://tabloidsinartani.com/detail/industri-perdagangan/nasional/9301-Kekeringan-Tak-Berpengaruh-Serius-pada-Produksi-Pangan